Jogjawae.com, Apabila kalian hendak berwisata bersama anak sambil mengenalkan sejarah dan memberikan edukasi, Gedung Sate yang ada di Bandung bisa menjadi solusinya. Gedung yang terkenal di Bandung ini memang sering menjadi destinasi wisata oleh warga Bandung bahkan luar Bandung.
Gedung Sate merupakan ikon kota Bandung yang masih berdiri kokoh sampai saat ini. bangunan ini memiliki ciri khas berupa ornament tusuk sate pada menara sentralnya yang menjadi markah tanah kota Bandung.
Lokasi dan Rute Gedung Sate

Lokasi dan rute Gedung Sate
Gedung Sate berlokasi di Jl. Diponegoro No. 22, Bandung, Jawa Barat. Pengunjung yang hendak mengunjungi Gedung Sate Bandung ini tidak perlu bingung mencari rute karena lokasinya yang mudah dijangkau. Berikut ini adalah rute untuk menuju Gedung Sate:
Rute menggunakan kendaraan pribadi
Apabila menggunakan kendaraan pribadi, ada beberapa rute yang bisa ditempuh yaitu:
- Dari arah Buah Batu : melalui Jalan Gurame, Karapitan, Sunda, Sumbawa, Lombok, Banda, Cilamaya, sampai Jalan Diponegoro dan akan segera tiba di lokasi Gedung Sate.
- Dari arah Pasteur : melalui Jalan Terusan Pasteur, flyover Paspati, Jalan Surapati, Jalan Sentot Alibasjah, Jalan Diponegoro dan akan segera tiba di lokasi Gedung Sate.
- Dari arah Jakarta : melalui Cawah, tol Jakarta-Cikampek, tol Purbaleunyi, pintu keluar Pasteur, Terusan Pasteur, flyover Paspati, Jalan Surapati, Jalan Sentot Alibasjah, Jalan Diponegoro, dan akan segera tiba di lokasi Gedung Sate.
Rute menggunakan kendaraan umum
Sementara itu, apabila menggunakan sarana transportasi umum, rute yang dapat ditempuh yaitu:
- Dari Stasiun Bandung : keluar pintu selatan lalu naik angkot 09 jurusan St. Hall-Dago dan turun di perempatan Dago-Diponegoro-Sulanjana, kemudian naik lagi angkot 05 jurusan Ledeng-Cicaheum dan turun di seberang Gedung Sate.
- Dari Bandara Husein Sastranegara : naik ojek sampai perempatan Patung Husein lalu naik angkot 06 jurusan Ciroyom-Cicaheum, lalu turun dan menyeberang di Lapangan Gasibu dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sampai ke Gedung Sate.
- Dari terminal Leuwipanjang : naik bus DAMRI jurusan Dago sampai perempatan Diponegoro, lalu naik angkot 05 jurusan Ledeng-Cicaheum dan turun diseberang Gedung Sate.
Sejarah Gedung Sate Bandung

Sejarah Gedung Sate Bandung
Sejarah Gedung Sate dimulai pada masa pemerintahan Belanda. Dahulu, gedung ini disebut dengan Gouvernements Bedrijven (GB). Perancang gedung ini yaitu tim ahli dari Belanda yang terdiri dari Ir. J. Gerber. Beliau merupakan arsitek muda lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland.
Selain Ir. J. Gerber, ada pula anggota tim lainnya yaitu Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks. Proses pembangunan gedung ini diketuai oleh Kol. Pur. VL. Slors dan ditangani langsung oleh pihak Gemeente van Bandoeng.
Jumlah pekerja yang turut serta membangun gedung ini yaitu 2000 tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari 150 orang pemahat dan pengukir kayu berkebangsaan China, tukang batu, dan kuli aduk yang merupakan warga sekitar kota Bandung.
Peletakan batu pertama pada pembangunan Gedung Sate Bandung dilakukan oleh putri sulung walikota Bandung saat itu yang bernama Johanna Catherina Coops untuk mewakili Gubernur Jenderal Batavia J.P. Graaf van Limburg.
Proses pembangunan gedung ini memakan waktu selama 4 tahun dengan biaya yang dikeluarkan sebesar 6 juta gulden. Hal tersebut menjadi dasar untuk menentukan jumlah benda bulat yang ditusuk oleh semacam tusuk sate yang berada di puncak gedung.
Gedung Sate Bandung ini awalnya dibangun sebagai kantor Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum. Namun setelahnya, gedung ini juga sempat digunakan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.
Gedung Sate dikenal sebagai Kantor Gubernur oleh masyarakat sejak tahun 1980. Hal ini dikarenakan fungsinya sebgai pusat kegiatan Pemerinta Provinsi Jawa Barat. Gedung Sate Bandung ini disempurnakan dengan menambahkan keindahannya pada tahun 1977 oleh arsitek Ir. Sudibyo.
Saat ini, Gedung Sate beralih fungsi menjadi salah satu objek wisata bersejarah yang sering dikunjungi oleh para wisatawan.
Bagian-bagian Gedung Sate

Bagian-bagian Gedung Sate
Bangunan Gedung Sate Bandung berbentuk persegi panjang yang terbentang dari selatan ke utara dengan sumbu lurus ke tengah Gunung Tangkuban Perahu. Sisi timur Gedung Sate ditempati oleh Kantor Pusat Pos dan Giro yang dulunya disebut PTT.
Sedangkan sisi kanan gedung ini merupakan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat yang dibangun sejak tahun 1977. Pada bagian timur dan barat gedung ini memiliki dua ruangan besar yang dulunya digunakan sebagai ballroom (ruang dansa) yang sering terdapat pada bangunan Eropa.
Ruangan tersebut semakin indah dengan hadirnya lampu gantung. Kedua bangunan itu disebut sebagai aula barat dan aula timur sejak masa pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Bangunan tersebut biasa digunakan untuk kegiatan atau acara resmi.
Lantai paling atas Gedung Sate ini terdapat menara yang tidak dapat terlihat langsung dari bawah. Untuk mencapai menara ini dapat menggunakan tangga kayu atau menggunakan lift. Apabila hendak menggunakan tangga, ada 6 tangga dengan masing-masing 10 anak tangga yang harus dilalui.
Melalui menara gedung ini, dapat melihat hasil-hasil pembangunan di Jawa Barat. Menara ini juga dilengkapi dengan teras kopi layaknya kafe-kafe terkenal di Kota Paris. Melalui menara ini juga dapat terlihat pemandangan Kota Bandung, Gunung Tangkuban Perahu, Lapangan Gasibu, dan lainnya.
Museum Gedung Sate

Museum Gedung Sate Bandung Malam Hari
Ada hal menarik dari Gedung Sate Bandung, yaitu adanya museum Gedung Sate. Museum Gedung Sate diresmikan pada 8 Desember 2017. Museum ini mengusung “Smart Museum” dan menjadi museum interaksi yang pertama di Indonesia.
Konsep museum ini yaitu memberikan panduan informasi terkait bangunan bersejarah menggunakan teknologi digital. Pemandangan pertama yang telihat saat memasuki museum ini yaitu instalasi modern perkembangan Kota Bandung dari masa ke masa.
Ruangan utama museum ini terdapat pajangan peninggalan terkait pembangunan Gedung Sate. Terdapat pula gambar rancangan fasad Gedung Sate yang pertama dan maket detail bangunan. Sisi lain dindingnya terdapat diorama alur waktu pembangunan Gedung Sate.
Museum Gedung Sate miliki mini teater yang disediakan untuk pengunjung menikmati sejarah pembangunan gedung ini. Museum ini memanfaatkan banyak teknologi digital, mulai dari maket dengan proyeksi animasi yang memukau.
Selain itu ada juga proyeksi Gedung Sate dalam 4 dimensi. Ada juga ruangan Augmented Reality yang wajib dikunjungi. Ada yang tak kalah menarik lainnya yaitu ruangan Virtual Reality, dimana pengunjung menggunakan kacamata VR 3D untuk seolah sedang terbang di atas Gedung Sate dengan balon udara.
Tiket masuk museum Gedung Sate cukup terjangkau yaitu Rp5.000,00. Museum ini terbuka untuk umum dengan waktu operasi Selasa sampai Sabtu pukul 09.30 – 16.00. Pengunjung perorangan atau rombongan harus reservasi dahulu sebelum mengunjungi museum ini.
Pesona Gedung Sate Bandung sangat cocok untuk mengisi waktu liburan. Ada banyak spot-spot yang harus dikunjungi di tempat ini. Semoga informasi ini bisa menambah list destinasi liburan kalian dengan teman atau pun keluarga.
Tinggalkan Balasan